CIMAHI – Pemerintah Kota Cimahi melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat sejak 2017 mencatat, sebanyak 160 wanita melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki.
Para wanita yang terpaksa melakukan sesuatu yang berat itu rata-rata lantaran, sang suami tidak memiliki pekerjaan tetap. Ada pula yang terkena penyakit serta sudah bercerai.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahtraan Rakyat Kota Cimahi, Maria Fitriana mengatakan, perempuan yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga tentunya memiliki tanggung jawab yang cukup berat.
“Idealnya kan pekerjaan wanita itu untuk melengkapi saja tanpa harus bekerja keras. Namun kondisi berkata lain saat, desakan ekonomi dan masalah keluarga. Sehingga untuk bertahan hidup seorang isteri pun akhirnya turun tangan,” ungkap Maria,” usai menghadiri Rapat Koordinasi Pemberdayaan Perempuan Tingkat Kota Cimahi, Rabu (22/11/2017).
Dalam kesempatan tersebut, Maria mendorong para perempuan agar bisa meningkatkan taraf hidup ekonominya tanpa harus mengandalkan sebab, menurutnya perempuan-perempuan di Kota Cimahi memiliki kemampuan dan potensi yang terbilang bagus.
“Banyak hak yang bisa ditampilkan dan banyak juga potensi yang bisa dimunculkan oleh seorang perempuan. Dalam hal ini yang kita harapkan adalah, mereka bisa mengambil kesempatan yang memunculkan prodak-prodak potensi mereka kepada khalayak,” tuturnya.
Salah seorang peserta bimbingan rapat koordinasi pemberdayaan perempuan, Udji lusiyanti (35), mengaku dengan adanya kegiatan ini cukup membantu dirinya dalam hal menghadapi kehidupan tanpa ada suami maupun yang suaminya sudah tidak bekerja lagi.
“Kegiatan ini untuk pemahaman saya. Bagaimana seorang perempuan menghadapi masalah ekonomi kelurganya,” ujarnya.
Perempuan yang sejak tiga tahun lalu menjadi tulang punggung keluarganya itu pun mengaku, diambil alihnya tugas seorang laki-laki sebagai nahkoda keluarga karena, suaminya yang tidak lagi bekerja lantaran sebuah perusahaan tempat suaminya bekerja tidak lagi membutuhkan jasanya.
“Suami saya dari tahun 2014 sudah dirumahkan sama perusahaannya. Setelah itu penghasilan suami tidak tetap. Akhirnya saya memutuskan bekerja sendiri sebagai buruh pabrik,” ucapnya.
Menanggapi peralihan kendali dalam sebuah rumah tangga, Anggota Komisi IV DPRD Kota Cimahi, Edi Kanedi, mengatakan, pada intinya didalam sebuah rumah tangga, tentu akan ada suatu masalah baik dari sisi ekonomi maupun keseharian sosialnya.
“Permasalahan dalam keluarga past ada saja, tinggal kita bagaimana menyikapinya. Asalkan jangan sampai ada dampak yang tidak baik,” kata Edi, saat ditemui di ruang kerjanya, Jalan Djulaeha Karmita, kemarin.
Banyaknya seorang perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga, menurut dia, adanya komitmen antara suami isteri yang tidak dijalankan atau tidak sepaham. Hal itu menjadi salah satu penyebab keretakan keluarga.
“Perempuan yang sekarang jadi kepala keluarga rata-rata berawal dari permasalahan dalam keluarganya terutama dalam masalah perekonomian,” katanya.
Kendati demikian, pihaknya mendorong Pemerintah untuk dapat memberikan masukan maupun solusi bagi para perempuan yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga.
“Saya harap potensi perempuan yang ada di Cimahi dapat digali sama pihak terkait. Sehingga terjadi sinergitas antara pemerintah dan masyarakat,” pungkasnya. (bro)