NGAMPRAH— Siapa tidak kenal dengan Ajik Krisna. Pengusaha asal Bali ini sukses dengan membuka toko jaringan oleh-oleh yang omzetnya miliaran rupiah
Sekilas memang sedih perjalan pria bernama lengkap Gusti Ngurah Anom kelahiran Buleleng Bali 5 Maret 1971.
Berawal dari kegilisahan hingga putus sekolah SMA, Ajik hidupnya tidak karuan. Hingga pada akhirnya dia terdampar di sebuah pos satpam di daerah Sanur.
Dari situlah babak baru Ajik di mulai. Dari mulai bersih-bersih hotel hingga jadi tukang cuci mobil. Awalnya mobil pemilik hotel hingga tamu-tamu hotel yang di cuci. Hingga ahirnya dia bisa mengumpulkan uang yang begitu banyak sekitar Rp 2.500.000 kala itu. Dua tahun menjalani pekerjaannya, Ajik terkena rematik akut karena sering berjibaku dengan air. Terpaksa Ajik berhenti.
Hidupnya tidak karuan lagi. Namun Tuhan Maha Pengasih. Tekad yang kuat, Ajik tinggal bersama saudaranya yang membuka usaha konveksi kecil-kecilan bernama Sidharta. Profesinya ia tekuni setelah menikah. Awalnya Ajik dipercaya sang pemilik konveksi menjadi karyawan lapangan.
Lambat laun usahanya berkembang. Ajik muda mulai kebanjiran order. Dari mulai pabrik garment, kantor-kentor hingga hotel-hotel di sekitar Bali awal tahun 90-an.
Kreativitasnya muncul. Memanfaatkan pangsa pasar pariwisata, Ajik bersama sang istri berpikir membuka usaha toko kaos. lambat laun usaha terus berkembang. Ajik pun memulai debut barunya dengan membuka toko oleh-oleh khas Bali hingga saat ini usahanya pun terus berkembang hingga dia menjadi seorang miliader.
Cerita di atas menginspirasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat, menyelenggarakan Seminar Entrepreneur, bertempat di lapangan parkir Kabupaten Bandung Barat (KBB), dengan nara sumber Ajik Krisna salah seorang pengusaha besar dan mempunyai outlet terbesar di Bali.
Acara yang dihadiri sejumlah pejabat dari Dinas Industri dan Perdagangan (Indag) serta Dinas Koperasi ini, dihadiri pula sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari beberapa Kecamatan yang ada di Bandung Barat.
“Pengusaha itu harus ada keberanian, terbuka dan jujur dan jangan hanya mengandalkan modal uang, karena modal itu relatif. Kalau kita sudah mulai usaha dengan modal kecil atau apa adanya, nanti juga bakal ada orang yang percaya. Tetapi jangan menyia-nyiakan kepercayaan itu,” tandasnya. (***)
Copyright secured by Digiprove