RAGAM DAERAH– Muhamad Bonang Satria Wijaya, ASN KBB yang berdinas di Bagian Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Bandung Barat (KBB), ternyata putra asli Papua. Bonas lahir di Papua. “Bapak saya campuran Papua Solo, tapi ibu saya asli dari Cililin Sindangkerta,” katanya ditemui wartawan di kantornya, Selasa 6 Febuari 2024.
Kendati lahir di Papua, dia ternyata fasih bahasa Sunda. Maklum saja, orangtuanya yang asli Papua itu, membawanya merantau ke Bandung saat berdinas di TNI.
Sebelumnya ke Bandung, Bonang saat masih kecil, sempat menetap di Solo Jawa Tengah. “Dari Solo oleh orangtua di bawa ke Cililin Sindangkerta pulang ke kampung halaman ibu saya untuk sekolah,” katanya dengan logat bahasa Sundanya yang fasih.
Karena jago main bola, Bonang sempat bergabung dengan Klub Uitspanning Na Inspanning (UNI) merupakan klub sepakbola Bandung yang berdiri tahun 1903 yang merupakan club terkuat pada masanya.
“Dari UNI saya ikut seleksi di Persib B juga gabung di Persib A bersama Kang Yusuf, Yase Roni tapi tidak dilanjut lantas gabung di Persikab liga 2 satu musim,” ungkap pria berusia 54 tahun ini yang tinggal di Kampung Malaka RT 01 RW 07 Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta KBB.
Karier sepok bola ini lah, Bonang diterima menjadi tenaga kontrak di Kabupaten Bandung pada tahun 1993 dan diangkat ASN pada 2007 awal pemekaran Kabupaten Bandung Barat berdinas di Dispenda. “Alhamdulilah berkat sepak bola saya bisa menjadi ASN,” katanya bersyukur.
Bonang memilih menjadi ASN lantaran kala itu, kurang perhatian terhadap para atlet sepak bola.
“Dulu nasib pemain bola tidak jelas nasibnya enggak ada asuransi beda dengan sekarang dapat asuransi, kakinya patah misalnya dijamin asuransi kalau dulu tidak. Jadi saya milih jadi ASN,” tutur bonang yang sudah mengabdi sebagai ASN 23 tahun ini.
Tak hanya sepak bola, darah seninya yang mengalir dari sang ibu, Bonang ternyata aktif berkesenian Sunda. Gabung di degung, Bonang ternyata mahir memainkan alat musik gamelan. ****
