Oleh
H.Wachdan Y. Prawirakusumah
Ketua Harian DPD Partai Golkar Kota Cimahi
“SIM kuring hayang nyarita pikeun kapentingan politik Partai Golkar dina ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara kahareup”.
Kalau saya melihat hasil pooling yang diungkapkan Direktur Eksekutif Para Sindicate, Ari Nurcahyo jelas sekali, bahwa paling banyak dipilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (34%) disusul Kang Dedi Mulyadi (30%).
Jadi jika betul ada pertemuan atau rapat DPP Golkar dengan para Ketua DPD Partai Golkar seluruh Indonesia, dapat dimanfaatkan untuk kebesaran Partai Golkar ke depan.
Pertemuan itu tidak boleh hanya sekadar menyampaikan hasil rapat pleno DPP Partai Golkar semata, dan DPD Partai Golkar seluruh Indonesia juga tidak boleh hanya menjadi pendengar baik untuk menerima keputusan hasil rapat pleno DPP Partai Golkar, tapi harus mampu menyerap keinginan seluruh pemikiran Ketua DPD Partai Golkar se-Indonesia, dan masyarakat di daerah pada umumnya.
Jadi kewajiban untuk menerima, memahami, dan melaksanakan seluruh keputusan rapat pleno tersebut, sangat tergantung kepada kehendak para ketua DPD Parti Golkar tingkat provinsi/kabupaten yang notabene perwakilan seluruh elemen Partai Golkar di daerah masing-masing termasuk keinginan masyarakat menghendaki kembalinya kejayaan Partai Golkar di masa lalu.
Selanjutnya, jika menyimak apa yang disampaikan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi (DM), bahwa Partai Golkar merupakan Partai politik masa depan, partai politik moderen, bukan partai politik milik perorangan bukan pula milik sekelompok orang, tapi milik seluruh kader Golkar serta aktivis Golkar.
Selain itu, Kang DM mengemukakan, bahwa saat ini kita dihadapkan kepada dua pilihan, apakah akan memilih administratif politik kepartaian yang akhirnya ditinggalkan publik, atau memilih meninggalkan administratif publik agar kita dipilih publik?
Dari ungkapan DM teraebut dapat dipastikan bahwa kepemimpinan dalam tubuh Partai Golkar harus benar-benar mumpuni di dalam menggiring dan mengarahan masyarakat pemilih untuk cinta terhadap Golkar.
Jika dikaitkan dengan hasil poling di atas jelas, harus ada keberanian Kang DM maju menjadi unsur pimpinan dalam kepengurusan DPP Partai Golkar, minimal bisa berdampingan dengan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan Kang DM Sekjen DPP Partai Golkar.
“Masalahna Aya kawani henteu?” Caranya sudah tentu harus sesuai mekanisme yang berlaku, baik melalui munaslub atau apalah namanya, “nu jelas mah kudu sesuai jeung aturan”.
Saya mengungkaplam hal ini lain asbun alias asal bunyi, tapi berdasarkan realitas politik, dimana Kang DM mempunyai kapabelitas menjadi sekjen dan mumpuni mengelola dan mengkoordinasikan dapur politik DPP Partai Golkar apalagi kalau kita ambil pendapat dari tokoh dan pakar politik J. Kristiadi. Intinya menyampaikan bahwa Kang DM sudah mampu mengimplementasikan tentang Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat di Kabupaten Purwakarta.
Apalagi saat ini, yang ada banyak buayawan bukan budayawan. Sementara kita lihat dengan jelas, bahwa Kang DM sangat mumpuni mengembangkan budaya di tatar Lasundan ini. Maaf, ini hanya sekadar ulasan sederhana dari saya sebagai kader Golkar di tingkat bawah wilayah Jawa Barat.
Mudah-mudahan bisa jadi motifasi bagi Kang DM untuk maju terus pantang mundur membesarkan Partai Golkar ke depan, dan berupaya secara maksimal menjadi Sekjen DPP Partai Golkar. Mudah-mudahan ada manfaatnya, “sareng hapuntena bilih dianggap cologog tur bilih aya kalepatan”. (*)