LEMBANG- Kepala Sekolah SMK Pertanian Pembangunan Negeri Lembang, Kabupaten Bandung Barat ketiban sial. Dianggap tidak berprilaku sebagai pendidik kerap menyalahgunakan wewenangnya sebagai kepsek, membuat galau para siswanya.
Ujung-ujungnya, ratusan siswa kelas XII menggelar aksi unjuk rasa, Rabu (22/11/2017). Mereka menuntut kepala sekolahnya mundur karena diduga telah menyalahgunakan wewenangnya.
Bahkan, aksi para siswa ini mendapat dukungan dari Ikatan Keluarga Alumni Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Gegerkalong. Peserta aksi merasa, Siti Sadiah Yuningsih, sang kepala sekolah tidak transparan dalam penggunaan eces dan lainnya.
“Kami sebagai alumni datang langsung ke sekolah ini untuk mendukung aksi siswa yang merasa kepala sekolahnya tidak mampu memimpin sekolah dengan baik,” kata Ketua Ikatan Keluarga Alumni SPMA Gegerkalong, Dodi Permana.
Dodi menyebut, selama lima tahun kepemimpinannya, Siti Sadiah kerap memungut iuran yang tidak jelas kepada orangtua siswa sehingga dia dianggap hanya memperkaya diri sendiri.
“Siswa merasa ada pungutan liar yang dilakukan kepala sekolah. Oleh sebab itu, kami juga meminta Siti Sadiah Yuningsih mundur dari jabatannya,” ujarnya.
Masalah lainnya, ijazah para siswa yang baru lulus kerap ditahan. Alasannya belum lunas sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). ” Banyak dari mereka yang tidak melanjutkan kuliah, serta sebagian dari mereka bekerja tanpa menggunakan ijazahnya,” katanya.
Seorang siswa kelas XII, Raden Ferdiansyah Nugraha ,17, merasa ada kejanggalan dalam hal keuangan, kedisiplinan, dan sistem pembelajaran yang dilakukan kepala sekolahnya.
“Setiap kali kami mengajukan dana untuk kegiatan, sekolahnya cuma memberi anggaran sedikit. Kami ingin tahu saldo dan penggunaan dananya, tapi enggak boleh. Jadi, uang itu enggak jelas output-nya. Belum lagi soal keuangan yang lainnya,” ucap Raden.
Dalam hal kedisiplinan, siswa juga menyoroti kebiasaan Siti dan sejumlah tenaga pendidik yang kerap terlambat dan tak hadir di sekolah. “Ibu kepala sekolah jarang hadir di sekolah sehingga siswa jarang terlayani. Kalau sudah begini, siswa juga yang rugi. Belum dengan berbagai iuran yang wajib dibayarkan siswa seperti iuran organisasi dan uang praktek kerja industri,” bebernya.
Di lain pihak, Siti Sadiah menduga aksi demo siswa tersebut didorong oleh para alumni yang tidak senang kepada dirinya. Sebab, selama ini hubungan dirinya dengan para siswa berjalan baik.
“Saya merasa siswa di sini baik-baik. Kalau ada yang demo, pasti di belakangnya ada yang menggerakkan. Saya sudah tahu provokatornya,” katanya.
Dia menegaskan, apa yang dituduh para siswa dan sejumlah alumni tidaklah benar. Terkait tuntutan transparansi anggaran, kata dia, tidak semuanya bisa langsung disampaikan secara detail kepada siswa.
“Rencana kerja sekolah (RKS) kan sudah disusun bersama orang tua siswa. Jadi tidak perlu semua siswa tahu, ada batasannya. Pihak-pihak tertentu saja yang pantas mengetahui seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan lainnya,” ungkapnya.
Selain itu, Siti juga membantah jika dirinya menahan ijazah sejumlah alumni karena belum melunasi biaya SPP. Malah dia meminta agar para alumni segera mengambilnya karena bisa hilang kalau terlalu lama tidak diambil.
“Mereka tidak mau mengambil ijazahnya karena malu masih menunggak iuran sekolah. Tapi itu tidak jadi masalah, saya sudah tegaskan langsung pada orang tua siswa, silahkan ambil ke sekolah, tidak perlu langsung dilunasi,” jelasnya. (bro)