RAGAM DAERAH– Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), selalu konsisten mengedepankan ke arifan lokal dengan pageleran milangkala Desa Gudangkahuripan yang setiap tahun di gelar.
Dalam milangkala itu, dari mulai penampilan budaya Sunda seperti wayang golek hingga hajat buruan.
Gagasan milangkala itu, tak lain sang
Kepala Desa, Agus Karyana. Sebagai pegiat, seni dan budaya, Agus menggelar acara milangkala hingga hajat buruang sudah berjalan 12 tahun. “Saya menggagas milangkala sejak 2011 hingga sekarang sebagai keraifan lokal lewat seni budaya,” kata Agus yang kerap memakai gelang bahar di lengannya itu ditemui baru-baru ini.
Gagasannya tidak selalu berjalan mulus. Pro dan kontra di masyarakat selalu ada, apalagi selalu ada sesuguh berupa sesaji atau kemenyan. “Sesuguh dan kemenyan jangan diangap bid’ah, itu hanya sebagai simbol kehidupan manusia saja lewat seni dan budaya,” ungkapnya.
Sejak digagas, acara Milangkala Gudangkahuripan yang biasa digelar di bulan Febuari, selalu ditunggu-tunggu masyarakat. Namun adanya pesta demokrasi Pemilu 2024, acara dijadwalkan setelah lebaran.
Sayangnya, kapan tepatnya hari jadi Gudangkahuripan, Agus tidak mengetahui pasti. “Saya sedang mencari tahu karena tidak ada catatan. Tapi yang jelas Desa Gudangkahuripan merupakan desa pemekaran Cikahuripan pada tahun 1979,” ungkapnya.
Dalam milangkala yang akan digagas nanti, Agus akan mencoba berinovasi dengan menggelar seminar khusus anak usia dini sebagai pengenalan seni budaya terhadap generasi zianial.
Namun, sebagai wujud rasa sujud syukur kepada Sang Pencipta, acara milangkala juga menyajikan hasil pertanian, seperti singkong, ubi juga sayur mayur. “Tetapi inti dari milangkala adalah sebagai wujud sujud syukur kepada Tuhan YME juga mempererat tali silaturahmi antara masyarakat dengan pemerintah desa,” pungkasnya. ***
