Parongpong

Mahasiswa Itenas Kehabisan Oksigen Usai Mendaki Burangrang

KOMPAK: Komunitas Jep 4×4 Bandung Barat berhasilnya menyelamatkan mahasiswa Itenas Bandung yang kehabisan oksigen usai mendaki di kaki Gunung Burangrang, Minggu (19/11/2017).

PARONGPONG- Lima Mahasiswa Intitut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung nyaris saja kahabisan oksigen setelah melakukan pendakian di kaki Gunung Burangrang. Beruntung lima mahasiswa Itenas yang tegabung dalam pencita alam ini diselamatkan komunitas jeep 4×4 Bandung Barat. “Kita langsung membawanya ke kelinik terdekat di Parongpong,” ujar M Dartiwa anggota Komunitas Jeep 4×4 Bandung Barat, Minggu (19/11/2017).

Komunitas Jeep ini menemukan para mahasiswa ini dengan nafas tidak teratur saat berada di perkebunan Sukwanah Parongpong yang biasa dipakai ofroad. “Dua perempuan tiga laki-laki kondisinya sudah menghawatirkan sesak nafas. Salah satu dari meraka meminta tolong kepada kami saat itu,” sebut Iwok– sapaan akrabnya.

Cuaca ekstrim dengan turun hujan deras membuat para mahasiswa ini kedinginan. “Sepertinya habis turun gunung usai pendakian, pakaian mereka basah kuyub, kalo telat saja melakukan pertolongan mungkin nyawa mereka tidak tertolong,” kata Anggota DPRD KBB Fraksi PPP yang hobi ofroad ini.

Seperti diketahui, berada di ketinggian dengan oksigen yang sedikit bisa memicu kondisi hipoksia, yakni ketika tubuh kekurangan pasokan oksigen. Para pendaki gunung harus mengenali tanda-tandanya, serta cara mengatasi jika mengalami kondisi tersebut.

Tanda-tanda hipoksia atau kekurangan oksigen antara lain pandangan kabur, pernapasan makin cepat atau tersengal-sengal, serta tubuh menjadi lemas.

Selain dari gejala fisik, kondisi hipoksia juga bisa dikenali dari perubahan perilaku. Dalam kondisi hipoksia, otak juga akan kekurangan oksigen sehingga pola pikir seorang pendaki berubah menjadi kacau dan sulit membuat keputusan yang tepat.

Pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi ini tentu saja dengan memberikan oksigen. Tabung oksigen berukuran kecil yang bisa dibawa ke mana-mana sangat mudah diperoleh di apotek dengan harga terjangkau, sehingga tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri dengan alat ini.

Jika tabung oksigen belum cukup menolong, maka semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan menjadi lebih lancar. Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan juga bra pada perempuan mau tidak mau harus dilepas supaya saluran napasnya tidak sesak.

Namun yang terpenting dari semua itu adalah, sesegera mungkin pendaki yang mengalami hipoksia harus dibawa ke lokasi yang lebih rendah supaya mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan. Makin lama berada dalam kondisi hipoksia, makin besar risiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen. (wie/net)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top