Oleh H. wachdan Y. Prawirakusumah, Drs, SE. M.Si (ABANG) Wakil Ketua DEPIDAR SOKSI Jabar.
POLITISI GOLKAR Idrus Marham mengatakan, bahwa proses penetapan pasangan Bakal Calon Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Daniel telah melalui proses panjang dan telah dikoordinasi dengan semua pihak termasuk Ridwan Kamil . Pertanyaannya, “Ari jeung Kang Dedi Mulyadi (DM) aya koordinasi henteu sebelum ambil keputusan? Asa ku araraneh ongkoh kudu ninggali arus bawah untuk kepentingan masyarakat, tapi justru DM yang nota bene murapakan hasil kesepakatan arus bawah diabaikan oleh DPP Partai Golkar alias teu dipalire ceuk Mang Ade Suhamah”. Saya pernah singgung bahwa DPP Partai Golkar sudah mengeluarkan Juklak No 6 untuk prosedur pengajuan calon gubernur, tapi akhirnya dilanggar sendiri oleh DPP Partai Golkar. Jadi ini apa namanya kalau bukan oligarki elitisme yang merupakan pelanggaran terhadap aturan yang dibuat sendiri (law enforcement). Kalau alasan penentuan calon kandidat gubernur hanya karena elektabilitas DM di bawah Ridwan Kamil dan Dedi Mizwar di nomor urut tiga, saya pikir hasil tersebut tidak bisa menjadi alasan mutkak bagi penentuan bakal calon. Sebab banyak faktor yang mempengaruhi elektabilitas termasuk kegamangan pihak DPP Partai Golkar dalam mengusung DM sebagai kader internal Golkar. Satu hal yang wajib diperhatikan bahwa elektabilitas tersebut adalah elektabilitas saat ini. Artinya masih ada waktu yang cukup untuk meningkatkannya. Ke depannya, masih ada ruang waktu untuk meningkatkan elektabilitas, di antaranya dengan gerakan dan kegiatan yang dilaksanakan DM sampai dengan saat ini. Harus diakui, sedikit demi sedikit elektabilitas DM naik dan Insya Allah saat pencoblosan nanti akan naik signifikan sebagaimana yang kita harapkan, karen selama ini DM dan jajaran Partai Gokar Jabar terus berupaya mendongkrak laiktabilitas, popularitas, dan elektabilitas DM. Ambil contoh kecil, kegiatan safari budaya yang dilakukan DM, dan itu pengaruhnya positif bagi peningkatan popularitas. Tentunya laiktabilitas yang pada gilirannya akan menciptakan elektabilitas tinggi buat Kang DM dan Partai Golkar itu sendiri. Selanjutnya peningkatan elektabilitas tidak bisa dibebankan kepada DM sendiri tapi pihak DPP Partai Golkar juga harus bertanggung jawab untuk turut menciptakan peningkatan elektabilitas DM, bukan malah sebaliknya. Kita dari bawah seolah sudah ‘mengemis’ ke DPP Partai Gokkar untuk menjadikan DM sebagai keluarga Golkar dan pimpinan Partai Golkar di Jawa Barat, tapi ujung-ujungnya seperti ini. Jujur saja, seluruh jajaran Partai Golkar Jawa Barat yang ada di bawah koordinasi dan komando DM merasa sedih memperhatikan kondisi seperti ini, walaupun kami lihat mimik muka dan prilaku politik Kang DM sampai detik ini kelihatan santai saja. Itulah salah satu sifat dari kepemimpinan Kang DM yang hebat serta kuat, mungkin sebagai gemblengan orang desa. Mungkin saja karena awalnya beliau berangkat dari kehidupan desa fakta menunjukkan bahwa, masyarakat desa sangat mengenal dan berharap kepemimpinan beliau di Jawa Barat bisa terwujud. (*)