LEMBANG– Anggota Komisi VII DPR RI, Diah Nurwitasari mengatakan, kenaikan harga elpiji tak lain dikarena Indonesia masih mengandalkan impor. “Jelas naik orang kita masih mengandalkan impor ini yang masyarakat tidak tahu,” kata politisi PKS ini, Kamis (3/3/2022).
Diah menyebutkan, pemerintah melakukan subsidi untuk gas 3 kg, dan kenaikan elpiji bagi yang non subsidi. Namun Diah menyayangkan, kenaikan elpiji non subsidi di tengah pandemi COVID-19, di mana tidak sedikit masyarakat ekonomi menengah ke atas menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK). “Rumah makan yang banyak menggunakan elpiji non subsidi dirasa cukup berat juga dengan kenaikan itu. Ya harga makanan naik tapi dampaknya kepada masyarakat lagi,” ungkapnya.
Tak heran, kata Diah, kenaikan elpiji itu banyak masyarakat beralih ke gas bersubsidi. “Jelas jadi beban pemerintah lagi. Maka dari itu pemerintah ke depan harus bisa mengurangi ketergantungan impor gas,” ungkapnya.
Jika bicara kekayaan gas alam yang ada di dalam negeri, Diah menyayangkan, jika kekayaan gas alam di dalam negeri belum tereksplorasi dengan optimal. “Dengan teknologi sekarang sebetulnya bisa tapi pemerintah harus serius membuka investasi juga pasar yang menjadi potensi gas alam di kita bisa diubah menjadi bahan bakar gas,” tuturnya.
Jaringan gas bisa menjadi salah satu solusi juga. Saat ini, sebut Diah, ada sekitar 600 ribu rumah tangga yang sudah mendapatkan jaringan gas. “Ini seharusnya di tingkatkan. Tapi disayangkan juga gas alam kita banyak ekspor jugatapi itu bisa digenjot untuk mendapatkan penghasilan bagi negara, ini mesti sistematis dilakukan pemerintah,” tuturnya.
Fraksi PKS sendiri tidak setuju dengan adanya kenaikan gas elpiji tersebut dengan alasan ekonomi saat ini yang sedang terpuruk.
Seperti diketahui, 27 Februari 2022, PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) menaikkan harga gas elpiji non subsidi.
Kenaikan tersebut mulai dirasakan pada awal Maret ini oleh masyarakat, terutama yang sehari-hari menggunakan gas elpiji tersebut, seperti para pemilik warung makan. Provinsi Jawa Barat: Lokasi filling plant di Bandung, Bekasi, Bogor, Kota Bogor, Cianjur, Garut, Indramayu, Karawang, Sukabumi, dan Tasikmalaya, harga jual Bright Gas 5,5 kg Rp 88.000 dan Bright Gas 12 kg/elpiji 12 kg Rp 187.000.***
