NGAMPRAH-Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jalaludin jengkel proyek pelebaran jalan kabupaten ganggu aktivitas belajar siswa SDN Kiarapayung, Desa Mekarsari, KBB. “Kita sedang arahkan untuk solusi terbaik, dinas pun sudah mensosialisasikan dengan kepala sekolah dan orangtua murid terkait pembongkaran kelas yang terkena pelebaran jalan KBB,” Jalaludin ditemui di kantornya, Rabu (29/11/2017).
Jalal–sapaan akrabanya, tidak mengetahui secara rinci berapa luas bangunan SDN Kiarapayung yang terkena proyek pelebaran jalan. Namun pihaknya sudah mempersiapkan untuk pembangunan kelas yang baru dan memberikan pembangunan sekolah yang lebih baik lagi dari pada sekolah yang sekarang digunakan praktik belajar mengajar.
“Sebetulnya kami ikut senang dalam pembangunan sekolah itu ke depannya, agar proses belajar mengajar tetap berjalan, hanya tinggal nunggu saja pembangunan baru yang akan mulai di bangunkan di 2018 nanti,” sebutnya.
Dadang, 30, salah satu orangtua siswa mengatakan, dampak dari proyek pelebaran jalan aktivitas belajar mengajar menjadi terganggu. “Sekarang dengan suasana belajar mengajar seperti itu enggak akan bener, senyaman-nyamannya anak menimba ilmu tidak akan konsen,” keluh Dadang.
Menurut Dadang, sebelum kelas dibongkar sediakan sekolah dulu atau kelas baru agar proses belajar mengajar tidak terganggu,. “Siswa kelas 6 yang menghadapin ujian menjadi kurang nyaman, dan kelas 1 harus di liburkan, gara-gara kelasnya dipakai ujian kelas 6. Pemerintahan pun kadang-kadang hanya mementingkan pribadinya,” imbuhnya.
Ia meminta kepada Pemkab Bandung Barat soal kepastian relokasi bangunan untuk belajar siswa. “Jangan berbicara sudah ada tetapi mana buktinya? Sekarang dengan suasana belajar mengajar seperti itu enggak akan bener,” jelasnya.
Kepala Sekolah SDN Kiarapayung, Asep Miftah membenarkan banyak keluhan orangtua siswa atas proyek pelebaran jalan yang menggangu aktivitas belajar mengajar siswa. Asep pun berinisiatif menitipkan siswa/siswinya di sekolah lain.
“Tapi saya takut nanti membuat siswa akan minder, dan takut menjadikan tawuran antarsiswa sehinga untuk antisipasi dalam sistem pembelajaran siswa dibagi dua ada kelas pagi dan siang agar sistem belajar dan mengajar tidak akan terganggu,” jelasnya.
Kondisi sekolah saat ini, kata Asep, bangunan SDN Kiarapayung tidak layak untuk ditepati. Kondisinya sangat memperhatikan tidak memliki ruang guru, perpustakan, dan WC pun cuma ada dua yang dipergunakan untuk 270 siswa.
“Makanya pantas saja sekolah kami mengeluarkan bau yang tidak enak.
Saya pun menyayangkan belum ada tempat pengganti malah sudah di bongkar,” ungkap Asep.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan Ngamprah pada Dinas Pendidikan KBB, Sri Mulyani berpandangan lain soal proyek pelebaran jalan yang mengganggu aktivitas belajar siswa itu.
“Pembongkaran untuk dijadikan pelebaran jalan kan untuk kepentingan masyarakat juga, masa tidak boleh dan dihalang halangi. Yang penting aktivitas belajar tidak terhambat dan siswa tidak terlantar, Lagipula sudah di sosialisasikan dengan dinas dan orangtua siswa, terkait pembelajaran menjadi dua shift,” beber Sri. Seperti diketahui proyek pelebaran jalan KBB merupakan program Pemkab Bandung Barat yang lelangnya ada di Dinas PUPR dan dimenangkan oleh CV Xcelent. (jar)