RAGAM DAERAH- Gembar-gembor Kabupaten Bandung Barat (KBB) menuju ekonomi kuat di 2030 terus digaungkan Plt Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan.
Tentunya, masalah tersebut mesti disikapi secara serius oleh Pemda Bandung Barat.
Salah satunya adalah persoalan stunting.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbanda) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Asep Wahyu mengatakan, tantangan persoalan stunting salah satunya soal ledakan jumlah penduduk usia tidak produktif akan lebih banyak ketimbang penduduk usia produktif.
Dimana usia tidak produktif di atas 65 tahun ke atas, akan menjadi tanggungan bagi usia penduduk produktif. “Angkanya diperkirakan akan mencapai 65 persen usia penduduk usia tidak produktif. Sisanya 35 persen akan menjadi tanggungan bagi penduduk usia produktif,” kata Asep Wahyu saat memberikan materi dalam acara Rempuk Stunting tingkat KBB di Hotel Novena Lembang, Kamis (21/7/2022).
Tentunya sambung, Asep Wahyu, penduduk usia produktif mesti sehat, memiliki lapangan pekerjaan, kualifikasi dan kompetensi. “Apalagi Indonesia menuju pemerintahan kelas dunia di tahun 2045. Jadi bayi yang dilahirkan pada tahun 2022 akan berumur 23 tahun di 2045 mendatang. Jadi harus terbebas dengan persoalan stunting memiliki lapangan pekerjaan, sehat dan memiliki kualifikasi kompetensi sehingga bonus demografi menjadi berkah bukan musibah,” ungkapnya.
Asep Wahyu juga menyebutkan jika visi dan misi AKUR (Aspiratif, Kratif, Unggul dan Religius) tidak berubah lebih pada mengoptimalkan pengembangam ekonomi dengan memaksimakan sumber daya alam juga sumber daya manusia dengan memaksimalkan dalam pelayanan dasar bidang kesehatan juga pendidikan dan pelayanan dasar lainnya. “Jadi pelayanan dasar jika ditarik kepada persoalan stunting menjadi persoalan wajib menjadi pelayanan dasar,” katanya.
Persoalan stunting juga, kata Asep Wahyu, selalu dikaitkan dengan persoalan kemiskinan masyarakat. Dimana kurangnya asupan gizi yang baik bagi anak-anak di KBB menjadi hambatan terhadap perkembangan otak anak juga pertumbuhan fisiknya. “Sehingga negara kita masih kalah jauh dengan negara lain di eropa yang lebih dulu sudah bisa menuntaskan masalah stunting dengan menciptakan sumber daya manusia mumpuni di segala bidang,” katanya.
Masalah stunting juga menjadi persoalan serius nasional yang mesti disikapi seluruh element mayarakat termasuk pemimpin Bandung Barat di masa akan datang. “Karena angka 29,6% balita di KBB rawan gizi buruk ya hampir 500 ribu balita rawan gizi buruk berdasarkan data penimbangan di tiap pos yandu,” katanya.
Masalah itu kata Asep Wahyu mesti disikapi bersama oleh seluruh elemen masyarakat di KBB.
Data dari Dinas Kesehatan, persoalan stunting di KBB hanya 9,54% artinya 1 banding 10 balita di KBB rawan mengidap gizi buruk dan ini mengancam bonus demografi menuju Indonesia yang maju. “Tantangan 2045 menuju Indonesia Emas dan harapan KBB menuju ekonomi kuat di 2030 mesti diawali dengan kuatnya sumber daya manusia melalui penyikapan persoalan stunting,” pungkasnya. ***
