Padalarang

“The Triple Crisis”

oleh Dona Hermawan
Aktivis Muda KBB

Kita diingatkan pada “The Triple Crisis”, dimana prinsipnya menjelaskan bahwa, hasrat untuk melakukan perubahan politik tidak bisa ditentukan oleh hasrat subjektif, tapi diskriminasi kondisi di luar kita sedang mengalami krisis atau sedang sehat dan bugar.

Karena sebesar apa pun tekanan semua akan menguap sia sia. Dari literasi yang saya dapat dan faktual dialami aspek triple crisis atau krisis tiga berganda, bisa kita lihat pada krisis pertama yang menggambarkan bila pusat kekuasaan tak lagi mampu secara efektif melaksanakan apa yang mereka programkan.

Ini berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat pada penguasa, malah akan memburuk apabila penguasa saling menyalahkan dengan mengarah pada intrik-intrik untuk saling menjatuhkan.

Krisis kedua, digambarkan datang dari lapisan tengah yang berada di antara masyarakat dengan pusat kekuasaan, para dewan perwakilan rakyat, pengadilan, partai, dan ormas. Jka ini sudah terlihat saling mengawasi, maka krisis dari tengah mulai terjadi.

Ini krisis terakhir yang digambarkan, bila rakyat sebagai bantalan pusat kekuasaan dan lembaga lembaga politik pada lapis tengah, sudah gelisah dan merasa tidak rela lagi melihat keadaan yang terbolak balik melihat intrik-intrik diskriminasi. Maka ini menjadi sumber krisis yang betul betul bisa mematikan kelanjutan sebuah sistem.

Maka yang muncul dalam benak kami, intrik-intrik yang mendorong penyebabnya tsunami politik di KBB mulai terlihat, dan semoga tidak memporak porandakan yang sudah dibangun selama hampir 10 tahun pejalanan kita di Bandung Barat. (*)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top