Bandung Barat

Trapawana Galang Donasi untuk Jembatan Nyaris Ambruk di Cipongkor

INFRASTRUKTUR: LSM Trapawana galang dana untuk memperbaiki jembatan bambu yang nyaris ambruk di Cipongkor, KBB. Penggalangan dana sebagai bentuk protes atas tidak adanya perhatian dari Pemda KBB.

CIPONGKOR- Buruknya insfrastruktur jembatan penghubung dua Desa di Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat, Lembaga Swadaya Masyarakat Trapawana Bandung Barat dan Jawa Barat berencana menggalang donasi untuk membangun jembatan yang lebih refresentatif.

Jembatan yang kini hanya berbahan material bambu sepanjang 30 meter dengan lebar 1,5 meter membentang diatas sungai Cijambu ini kondisinya memprihatinkan. Padahal, jembatan ini merupakan aksebilitas ekonomi dan Pendidikan 500 kepala keluarga empat kampung disekitarnya.

“Kampung Pangkalan, Ciketa, Cintaharja dan Buntersari menjadi pemanfaat jembatan ini. Jembatan ini biasa digunakan mengangkut hasil panen dan Sekolah Dasar terdekat,”ungkap Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Trapawana perwakilan Kabupaten Bandung Barat, Rida Riyadi, Rabu (3/1/2017).

Rida menjelaskan, jembatan bambu ini dibangun atas swadaya masyarakat sejak 10 tahun lalu, latar belakangnya lantaran warga Kampung. Pangkalan, Desa. Sirnagalih dan Kampung Ciketa, Desa. Cijambu harus memutar tiga kilometer untuk sampai jalan utama.

“Warga membangun jembatan dengan bahan seadanya, bahkan tali yang digunakan untuk mengikat bambu menjadi jembatan hanya sabut kelapa. Ini karena memang jembatan ini dibutuhkan,”ujar Rida.

Ketua Trapawana Jabar, David Riksa Buana memaparkan, pihaknya telah menginventarisir kebutuhan material untuk membangun jembatan terbuat dari besi. Butuh sedikitnya Rp280 juta agar jembatan bisa berdiri kokoh dan aman dilalui warga.

“Setelah melakukan survey lapangan dan koordinasi dengan warga pemanfaat, pemerintah desa dan kecamatan kami berencana menggalang donasi dan membangun secara swadaya,”ungkap David.

Beberapa bahan bangunan seperti Batu dan Pasir akan memanfaatkan yang ada di sungai Cijambu, bersama warga pengumpulan bahan bangunan mulai dilakukan.

“Untuk semen, besi, papan dan kawat harus beli, makanya kita membuka peluang bagi siapa saja yang akan turut membantu mewujudkan insfrastruktur masyarakat ini,”kata David.

Penggalangan dana, lanjut David, dilakukan melalui media sosial dan mengajak komunitas yang ada di Bandung Barat untuk bersama-sama menggalang dana halal. Jika menunggu rencana pemerintah setempat membangun harapannya sangat kecil.

“Sejak Bandung Barat berdiri tidak ada jembatan baru dibangun, padahal kontur dan tofografi wilayah Bandung Barat yang berbukit dan dilintasi sungai membutuhkan jembatan sebagai aksebilitas ekonomi dan pendidikan masyarakat sekitarnya,”papar David.

Salah seorang warga yang enggan disebut namanya mengungkapkan, dirinya sudah beberapa kali melaporkan ke pemerintah setempat agar jembatan segera diperbaiki, namun jawaban pihak desa selalu saling tuding masalah perbatasan desa.

“Kalau laporan disuruh Foto, tapi fotonya gak pernah diminta. Terus juga saling tuding kewenangan karena jembatan itu perbatasan dua desa yaitu Cijambu dan Sirnagalih,”katanya.

Padahal, tutur dia, warga sengaja membangun jembatan terbuat dari bambu lantaran keberadaannya sangat vital dan dibutuhkan warga untuk mengangkut hasil panen. Kini jembatan itu nyaris roboh dimakan usia sementara warga tidak ada pilihan lain selain melalui jembatan ini.

“Kalau memutar bisa satu jam atau sekitar empat kilometer untuk sampai ke jalan utama, walaupun mengancam keselamatan habis mau gimana lagi,”keluhnya. (jal)

Digiprove sealCopyright secured by Digiprove
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top